Self-Acceptance dan Self-Love: Terapi Ho’oponopono




Diri sendiri merupakan satu-satunya alasan atas segala kegagalan, keterpurukan, kesedihan, dsb. Namun, bukan berarti diri kita ini berhak untuk senantiasa dibenci, disalahkan, dicaci maki, diacuhkan dan tidak dicintai. Salah besar orang-orang yang hidupnya dipenuhi rasa penyesalan tanpa bangkit, terpuruk tanpa berusaha keep going, dan tak mau belajar menerima dan mencintai dirinnya sendiri.

I believe, semua orang sudah tidak asing lagi dengan kata Self-Acceptance dan Self-Love. Beberapa orang sudah berhasil mencapai peak of experience mereka, sudah mampu berdamai dengan hidup mereka, sudah menemukan makna hidup mereka. Namun, beberapa orang juga masih berada pada fase-fase pencarian jati diri mereka, masih bingung bahkan kadang sampai kuwalahan menghadapi pergulatan dalam diri mereka sendiri, masih berada pada fase-fase terpelik untuk memecahkan segala kegagalan, segala pertanyaan yang memenuhi setiap mili otak, dan menaklukkan rasa tidak menerima terhadap dirinya sendiri.

I guess, setiap individu wajib menerima apapun yang ia miliki di dunia ini, perihal hidupnya, lingkungan tempat tinggalnya,, sirkel dengan orang-orang disekitarnya, atau sesederhana bersyukur diberi mata yang dapat digunakan untuk melihat keindahan dunia, telinga untuk mendengar sesepele kepak-kepak burung atau angin yang menderu, dsb.

Tidak dapat dipungkiri, kita memang hidup di lingkungan dimana orang sekitar terlihat lebih sukses, lebih kaya, lebih berhasil, lebih jaya, lebih hedonis, dsb. Kita juga terkadang melihat orang lain yang sepertinya terlihat begitu bahagia, memiliki family-goals, memiliki orang tua yang lebih bagus didikannya, memiliki saudara yang lebih menyayangi mereka, dll. Alangkah pelik hidup manusia, yang selalu memandang rendah dirinya, selalu merasa kurang, lalai untuk melihat kebawah yang membuatnya enggan bersyukur.

Andaikan manusia mau melihat dari kacamata yang berbeda, dari sudut pandang yang lain, misal sesederhana melihat tetangga kiri kanan yang setiap harinya dirundung kebingungan mencari sesuap nasi, sesederhana melihat para petani yang mengeluarkan ekstra peluhnya setiap hari sembari menunggu berbulan-bulan dahulu demi sebuah panen yang tak pasti hasilnya, sesederhana melihat induk-induk burung yang terbang kesana kemari demi sesuap-dua suap makanan untuk anak-anaknya di sarang, dan hal-hal sederhana lain di sekitar kita yang terkadang kita masih terlalu buta untuk sekedar melirik, apalagi mengerti. Sungguh, banyak orang yang lebih tidak bahagia, lebih tidak beruntung, lebih menderita, lebih berat hidupnnya.

Setiap individu pasti mempunyai caranya sendiri untuk sampai peak of Self-Acceptance dan Self-Love dalam diri mereka masing-masing. Ada salah satu metode dari orang Hawaii kuno mengenai perihal ini, yang biasanya disebut dengan terapi Ho’oponopono. Dalam bahasa Hawaii, Ho’o  berarti “menyebabkan” dan Ponopono berarti “kesempurnaan”. Sehingga, secara singkatnya Ho’oponopono ini bisa diartikan sebagai suatu proses yang bisa menyebabkan kita pada kesempurnaan dengan cara memperbaiki atau meralat kekeliruan.

Secara sederhananya,terapi ini dilakukan dengan meresapi 4  script kramat, yaitu:
1.      I’m Sorry
Konsep I’m sorry berarti kita mulai menyadari tanggung jawab apa saja yang mungkin masih kita lalaikan. Baik itu tanggung jawab secara fisik maupun non-fisik. Mulai mengingat-ingat kembali kesalahan-kesalahan apa yang telah perbuat untuk diri kita maupun orang lain, alangkah lebih baiknya meresapi dengan sungguh-sungguh kesalahan apa yang telah dilakukan di dalam hidupnnya pribadi.
2.      Please, Forgive Me
Konsep forgive me yaitu bersifat memberi penekanan untuk meminta maaf kepada oranng lain, kepada semesta, dan yang paling penting meminta maaf dengan sangat diresapi kepada diri sendiri.
3.      Thannk You
Setelah kita menyadari atas kesalahan dan meminta maaf  kepada diri kita sendiri. Jangann lupa untuk senantiasa berterimakasih kepada semuanya. Berterimakasih kepada orang di sekitarmu yang selalu beredia membantumu dalam kesulitan, berterimakasih kepada semesta untuk masih bersedia memberikan hari-hari yang menyenangkan, dan yang terpenting berterima kasihlah kepada dirimu sendiri untuk masih tetap kuat berdiri, untuk masih kuat melangkah ke masa depan, untuk masih mau diajak keep moving, dsb.
4.      I Love You
Jangan lupa untuk senantiasa spread love kepada semesta dan orang-orang disekitarmu, jangan lupa mengungkapkan self-love kepada diri sendiri. Cintai dengan sungguh-sungguh dirimu dan duniamu. Pasti, kakimu akan lebih mudah melangkah, dan hari-harimu akan jauh lebih membahagiakan.







Komentar

Postingan Populer