Black-and-White Thinking
Sadar gak sih kalau selama ini kita itu secara
gampangnya merasa berhak dan adil dalam melabeli seseorang atau sesuatu dengan “baik”
dan “buruk”, bahasa kerennya sih Black-and-White Thinking. Seakan akan jika
ada seseorang melakukan hal ini atau sudah langsung bisa diklasifikasikan jika mereka
“good person” atau “bad person”. Black-and-White Thinking
juga sering disebut juga dengan All-or-Nothing Thinking, ini merupakan
pemikiran ekstrem kanan atau ekstrem kiri. Padahal segala sesuatu di dunia ini
tak sepenuhnya “completely good” atau “completely bad”.
Sebenarnya Black-and-White Thinking ini
sangat wajar dilakukan oleh manusia, karena sejatinya sejak kita masih
kanak-kanak, kita sudah diperkenalkan dengan konsep baik dan buruk oleh orang
tua kita. Tapi, jika mentalitas hitam dan putih ini dilakukan terlalu sering
oleh manusia mungkin bisa saja akan berdampak pada konsekuensi negatif untuk
hidup kita. Karena pada dasarnya, setiap manusia mempunyai beberapa area yang
membutuhkan improvement untuk personal life kita, tidak hanya
sekadar dilabeli dengan “gagal” atau “berhasil”, “baik” atau “buruk.
Contohnya konkritnya saja, pada zaman sekarang
kita sangat lekat dengan istilah “insecure”. Ada seorang wanita yang
melihat beranda sosial media yang dipenuhi oleh foto wanita lain yang tampak lebih
mulus, lebih putih, lebih mancung, lebih langsing, dll. Kadang tanpa disadari dari
internal seseorang tersebut diam-diam mengamini dirinya tak sesempurna wanita
lain yang dilihatnya di berandanya tersebut: “aku ini jelek”, “aku hitam”, “aku tidak
langsing”, “aku tidak cantik”, dan seabrek pikiran negatif lainnya. Peng-amin-an
atas pikiran-pikiran tersebut lah yang menimbulkan kepercayaan diri berkurang,
dan kita menjadi dangkal dalam mengapresiasi diri sendiri. Hal-hal tersebut
yang sebenarnya yang nampak kurang bijaksana untuk dijadikan sebuah peng-amin-an
dalam hidup kita, karena kita terlalu berpikir ekstrem kiri, yang menganggap
diri kita tidak cantik, dsb. Seakan-akan kita melupakan satu sisi yang lain bahwa
media sosial adalah tempat dimana orang-orang memperlihatkan apa yang mereka
ingin perlihatkan, tak mungkin mereka menampakkan keburukan mereka di depan
orang banyak.
Nahh.. Maka dari itu, sebaiknya kita menjauhi
mentalitas Black-and-White Thinking yang sebenarnya hanya menumpulkan
pikiran kita dari critical thinking dan menumpulkan lensa kompleksitas
kita dalam melihat sesuatu yaa.. Ada beberapa hal yang mungkin kita bisa
lakukan dari diri sendiri dulu untuk menjauhi Black-and-White Thinking
tersebut, misalnya dengan cara: melihat area abu-abu.
“Life is not as
easy black and white, there are some grey areas too”
Di hampir setiap hal dan situasi, pastilah akan terdapat banyak layer
yang tampak ataupun tak tampak. Biasanya, mayoritas dari kita hanya melihat layer-layer
yang tampak saja. Ironinya, hanya dengan melihat layer yang nampak saja,
tidak sedikit dari kita yang merasa berhak dan mampu adil dalam melabeli
sesuatu sedangkal dengan konsep “ini baik” dan “ini buruk”.
Padahal, sebenarnya segala sesuatu itu tak ada yang benar-benar sederhana
seperti yang tampak di mata kita. Nah, alangkah baiknya nih.. kita sebisa
mungkin berusaha untuk melihat lebih jeli apa yang sebenarnya benar-benar
terjadi dibanding hanya mengedepankan reaksi awal kita terhadap sesuatu.
Seperti sebuah penggalan lirik lagu dari
penyanyi kondang Sherina:
“Lihat segalanya lebih dekat..
Dan, kau bisa menilai lebih bijaksana”
References:
https://www.positivelypresent.com/2009/10/stop-seeing-life-in-black-white.html
https://www.betterhelp.com/advice/personality-disorders/how-black-and-white-thinking-affects-you/
Komentar
Posting Komentar