Pergulatan yang Pelik: sebuah pesan saat berada di titik terendah




Semua individu pasti tak akan luput mengalami pergulatan hebat dengan dirinya sendiri, entah sekedar pernah atau mungkin ada pergulatan yang masih senantiasa singgah.
Merasa semua yang dilakukan beyond-expectation, sulit menemukan problem-solving, merasa hidup tanpa under-controling, merasa memiliki bad-management mulai sekedar perihal waktu sampai pada hal vital yaitu emosi atau jiwa, sering melakukan self-blaming, menanyakan banyak hal tentang kegagalan, under-pressure, bagaimana cara bangkit agar selalu keep-moving, kabur atau bahkan buat dalam melihat arah tujuan hidup.
Satu hal yang sering kita lupakan bahwa semua orang mengalami semua fase tersebut, semua orang mempunyai tekanan dan problem sendiri-sendiri, semua orang pernah berada pada titik terendahnya masing-masing. Hal-hal tersebut yang sering kita lupakan ketika kita berada di fase pergulatan dengan diri sendiri ini, bahkan banyak yang menganggap ketika dirinya berada di titik terendah, mengalami kegagalan, ditimpa masalah bertubi-tubi, dsb, mereka merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling ditimpa masalah terberat sedunia, merasa berhak marah, berhak menyalahkan orang lain, merasa dirinya adalah orang paling tidak berguna di dunia, merasa paling bodoh, paling tidak beruntung, dan lain sebagainya.
Tak dipungkiri, menangis memang bentuk reflek ketika seseorang merasa berada di titik terendah di hidupnya. Menangis bukanlah suatu hal yang tabu yang tak boleh dilakukan individu. Tapi bukan berarti harus mengumbar air mata untuk mengundang simpati orang lain kepada kita. Sungguh, orang lain tidak akan pernah mengerti dengan diri kita.
Hampir setiap orang ketika berada di fase kegagalan, having problem. Mereka banyak dan acap kali selalu membandingkan diri mereka dengan orang lain yang lebih, lebih berhasil, lebih terlihat tidak sengsara, lebih enak hidupya, dll. Padahal hal-hal semacam itu yang terkadang bisa menjadi toxic ketika kita berada di titik rendah, perbandingan semacam itu kadang membuat diri kita semakin down, semakin merasa kalah saing, semakin merasa paling berhak sedih dan merasa sengsara. Hal-hal tersebut juga terkadang menjadi penghalang untuk kita moving on.
I guess, ketika seseorang merasa berada di titik terendah hidupnya. Mereka harus berhenti sejenak untuk take a breath, take me-time, dan talking to their selves only. Sungguh, ketika seseorang mempunyai masalah, semua orang boleh jadi acuh dan pergi meninggalkannya, tapi tidak untuk dirinya sendiri. Setiap orang itu harus bertahan untuk hidupnya sendiri. Sungguh alasan yang paling patut dijadikan untuk tetap keep going dan tekad tetap memberikan nafas kepada dunia adalah diri kita sendiri. Setiap orang tentu sungguh sangat berhak untuk berhenti, tapi hanya untuk sejenak. Setiap orang berhak mendapatkan oase yang indah saat berada di masa-masa terpelik dalam hidup.
Setiap orang memang terkadang baik untuk membandingkan diri pribadi dengan orang lain, namun hanya untuk perihal sebagai motivasi dan inspirasi. Tak sepatutnya kita men-judge diri kita lebih buruk disbanding orang lain. Sungguh, pembanding yang paling tepat dijadikan acuan oleh individu adalah masa lalu individu itu sendiri.

Komentar

Postingan Populer