QUARTER LIFE CRISIS
Pict Source: Pinterest
Kalian
pasti pernah atau bahkan sedang merasakan banyak keresahan yang sedang buncah,
entah mulai dari resah karena merasa
jadi beban keluarga, resah karena merasa tidak punya potensi dan tidak berguna,
resah karena merasa dunia sangat tidak adil, resah karena merasa tidak bisa
apa-apa, cemas tentang masa depan, cemas sebenarnya maunya diri sendiri itu
apa, mau ke arah mana, mau jadi apa, dll. Banyak sekali yang sesak di dalam
pikiran, Pikiran-pikiran negative yang rasanya selalu bertumpang tindih
memenuhi otak. Hingga tak jarang juga hal tersebut membawa dampak negative pula
kepada diri sendiri bahkan lingkungan. Mulai menjadi sosok yang lebih tertutup,
gemar menyendiri dan murung, menyalahkan diri sendiri, gampang stress, lebih banyak
tidur dan berakibat pada ke-tidak produktifan.
Tapi satu hal yang kita masih
sering lupa, bahwasannya semua rasa resah, cemas, tidak nyaman, pikiran
negative yang buncah dalam pikiran dan yang berdampak pada stress tadi adalah
sesuatu yang amat sangat wajar dialami oleh manusia. Istilahnya bisa dikenal
sebagai Quarter Life Crisis atau Krisis Usia Seperempat Abad.
Quarter Life Crisis ini sudah
menjadi sebuah fenomena yang telah dibahas secara luas baik mulai dari jurnal
penelitian, skripsi, dan berbagai media. Menukil dari salah satu jurnal, Quarter
Life Crisis dapat diartikan sebagai “A
period in adult life that is noticeably more difficult, stressful and unstable
than normal, and is an important turning point in your life due to changes that
occur during it. Crisis episodes typically last for a year or more, but may be
shorter or longer." Robinson et al., (2013). Yang artinya Quarter Life
Crisis adalah sebuah masa pada orang dewasa yang terasa lebih sulit, penuh
stress dan tidak stabil seperti biasanya, dan yang merupakan sebuah titik balik
di dalam hidup kita karena perubahan-perubahan yang terjadi. Episode krisis ini
biasanya berlangsung selama satu tahun atau lebih, mungkin juga lebih sebentar
atau lebih lama.
Ada banyak sekali ciri-ciri yang
bisa kita rasakan ketika berada pada fase Quarter Life Crisis ini, diantaranya
yaitu:
1. Sering
mencemaskan apa yang belum terjadi. Kita pasti pernah merasa sangat takut dan
cemas untuk menghadapi masa depan. Mulai dari mempertanyakan kembali sebenarnya
tujuan hidup kita itu untuk apa, resah karena masih belum mempunyai pandangan
harus jalan ke arah mana, apa bener kita bisa jadi sosok yang kita
cita-citakan, apa benar kita bisa sukses, kalau nanti gagal gimana, kalau nanti
ternyata gak bawa hasil apa-apa gimana, dan segala tetek bengek pikiran-pikiran
negative lain tentang masa depan
2. Mulai
ragu dengan diri sendiri. Di fase Quarter Life Crisis ini pasti kita tak asing lagi
dengan malam-malam panjang penuh pikiran, salah satunya pikiran yang amat pelik
terhadap diri sendiri. Kita mulai meragukan kemampuan kita, timbul banyak rasa
tidak PD seperti “Kok aku kayaknya gak memiliki potensi apa-apa ya”. Di fase
ini memang kita akan mengalami yang namanya krisis identitas. Bahkan kita seperti
tidak mengenali diri kita sendiri, kita mempertanyakan sebennarnya value atau
nilai dalam diri sendiri apa yang dipegang, dll.
3. Merasa
minder dengan orang sekitar. Di fase ini, banyak dari kita yang merasa kita
tidak bisa dan tidak punya apa-apa, merasa orang disekitar kita selalu lebih unggul
dibanding kita. Apalagi di era 4.0 ini, tantangan millennial akan terasa semakin
sulit. Kerana kita bisa dengan gampangnya merasa minder ketika melihat orang lain
post kegiatan lewat postingannya, entah ada teman yang rasanya memiliki karir
yang lebih bagus, ada yang memiliki kisah cinta yang mulus, ada yang
lahir dari keluarga yang kaya, memiliki fasilitas yang memadai, ada yang
sehari-harinnya nampak sangat produktif atas banyak hal, ada yang lebih good looking,
ada yang lebih bahagia, ada yang lebih enak hidupnya, dll.
4. Dan
masih banyak lagi.
Namun jika menilik dari ilmu
psikologi sendiri, pada umumnya seseorang yang menginjak usia sekitar 18-28
tahun memiliki banyak tantangan tersendiri yang harus dihadapi(Ada banyak teori
lain mengenai tepatnya umur berapa hingga berapa fase Quarter Life Crisis itu
melanda, intinya memasuki usia peralihan dewasa). Menurut seorang ahli
psikologi perkembangan yaitu Santrock (1999), orang dewasa termasuk pada masa
peralihan, baik peralihan secara fisik (physically trantition) peralihan secara
intelektual (cognitive trantition), serta peralihan peran sosial (social role
trantition).
Orang yang memasuki fase ini
sering kali merasa banyak tekanan dan stress dikarenakan keraguan dalam
menjalani sebuah komitmen di berbagai bidang yang sedang dijalani, contohnya
bidang pekerjaan, asmara, dan juga pendidikan. Orang yang mengalami krisis
tersebut merasa tidak yakin dengan komitmen seperti yang mereka inginkan yang
belum tentu berhasil dalam jangka waktu panjang.
References:
Raka
Dimas Maulana dan Syarip Hidayatullah, PERANCANGAN ZINE PENGENALAN DAN
PENYIKAPAN QUARTER LIFE CRISIS UNTUK ANAK MUDA USIA 20-24 TAHUN DAERAH KOTA
JAKARTA, e-Proceeding of Art & Design : Vol.6, No.3 Desember 2019
Órla
Walshe, The Quarter-Life Crisis: Investigating emotional intelligence,
self-esteem and maximization as predictors of coping self-efficacy, Department
of Psychology Dublin Business School, March 2018
Makna yg bisa saya serap,
BalasHapusJadi biar nggk stress, jangan trlalu mengejar, terlalu ambisi, trlalu egois dan trlalu2 lainnya hingga lupa sesuatu akan selesai jika dilakukan dg ikhlas brsyukur tak lupa brdoa. Bgitu kak mei... keren deh pokokee
Ditunggu tulisan selanjute yaa ..ehe