Tentang makna dan tujuan hidup
Setiap
individu pasti memiliki suatu pemaknaan hidup tersendiri bagi hidupnya. Berbeda
kepala, berbeda pola pikirnya, berbeda cara memandang sesuatu, berbeda pula
cara menanggapi dan memaknainnya. Dan, semua itu fine fine saja. Karena dengan
keragaman inilah semua terlihat lebih menarik dan lebih berwarna.
Dan,
disini penulis juga mempunyai kacamata sendiri dalam memaknai tujuan hidup. Di
usia yang baru saja menginjak kepala 2 ini, penulis amatir ini sudah lumayan
sedikit banyak mengamati kehidupan. Sedikit banyak sudah mulai berani menerka
dan memilah definisi sendiri mengenai makna dan tujuan hidup hidup.
Memaknai
tujuan hidup adalah sesuatu yang sangat krusial, meskipun pada dasarnya makna
hidup adalah urusan personal. Makna hidup tiap individu bisa jadi berubah
tergantung pada kemungkinan pengalaman apa saja yang menghadang di depan mereka.
Seperti yang kita tahu, hidup di dunia ini merupakan sesuatu yang sangat
krusial pula, karena kita hanya dapat hidup di dunia sekali saja. Dan akan
sangat disayangkan sekali ketika seseorang tak menghargai dan menikmati hidup
yang notabene-nya hanya satu kali kesempatan saja.
Banyak
sekali orang yang menganggap hidup hanya sebatas menggunungkan harta, memiliki
tahta, membangun keluarga, beranak pinak, dll. Hal-hal tersebut yang sempat aku
resahkan selama bertahun-tahun. Banyak sekali yang terasa ganjal meski semua
itu tidak terlihat seperi memiliki celah salah. Semua amat terlihat wajar dan
biasa, sebenarnya.
Banyak
waktu yang kuhabiskan untuk bersenandika, mengasingkan diri, melihat satu demi satu
mulai kerabat atau teman bahkan keluarga sendiri untuk sekedar menerka definisi
tujuan hidup bagi mereka. Aku hanya sedikit ingin tahu lebih banyak tentang
definisi-definisi hidup bagi setiap orang, dari kacamata orang banyak, dan
tentu untuk melengkapi celah-celah definisi yang masih rumpang dalam hidupku.
Sering
sekali sengaja seseorang memikirkan sampai pening dalam mendefinisikan makna
dan tujuan hidup mereka. Tentu semua orang mengidealkan kemewahan dan
kehormatan di dunia ini. Namun, ketika melihat tetangga yang hidupnya terlihat
bergelimang harta namun ditinggal suami kerja sampai berbulan-bulan, hidup
sendirian dalam rumah yanng megah, menjadikanku tak tega untuk mendefinisikan
makna hidup sebagai sesuatu yang diraih dari gunungan harta dan tahta.
Lebih-lebih tetangga kiri kanan yang memiliki banyak anak, banyak keluarga,
namun dalam kenyataannya setiap detik harinya harus diselimuti rasa iba karena
esok anak-anak entah mau dikasih makan apa. Sang ibu ekstra bebersih rumah,
memasak, ditambah mengurus anak yang jumlahnya bejibun(banyak), sedangkan sang
ayah yang kerjanya disambi serabutan sana-sini. Hal tersebut juga membuatku
ragu akan makna hidup yang diagung-agungkan hanya untuk beranak-pinak, padahal
membangun keluarga yang harmonis tidak sesederhana membalikkan telapak tangan.
Namun,
setiap orang sangat berhak untuk mendefinisikan makna dan tujuan hidup
masing-masing, karena setiap individu mempunyai jalan pilihan dan melewati tiap
lekuk terjalnya masing-masing. Jadi, disini penulis hanya membagikan apa yang
menjadi sesuatu pemahaman yang dapat dikatakan membuahkan suatu definisi di
setengah sisa hidupnya ini, tentu definisi ini sangat mungkin dapat berubah
seiring berjalannya waktu dan pengalaman.
Tentu
setiap insan mendambakan hidup se-ideal mungkin seperti apa yanng ada di otak
kepalanya, namun disini bukan berarti mengesampingkan apa-apa yang dibbuutuhkan
oleh hati juga. Menurut sependek pemahaman penulis, selamanya hidup adalah
sebuah proses, hidup adalah dimana kita selalu berusaha bangkit pada kegagalan,
hidup juga tentang bagaimana kita menunjukkan sikap dan perilaku terbaik kita
kepada orang sekitar dan kepada semesta. Bagaimana kita berhasil mengambil ibrah atau hikmah dibalik segala
kesulitan, bagaimana kita never stop
going on, hidup itu tentang kebijaksanaan, tentang spreading love to others, mencapai puncak spiritualitas dan meraih
hakikat kedamaian batin yang paling dalam. Tentu harta, tahta, keluarga amat
sangat dapat menunjang mencapai segala definisi tadi, namun tetap saja.
Kebahagiaan adalah tanggung jawab diri individu. Memang benar, banyak belum
tentu cukup dan sedikit belum tentu kurang. Semua tergantung kita menyikapi hal
apapun dan mensyukuri tiap hadiah-hadiah kecil yang Tuhan hadiahkan untuk kita.
NB:
Tak peduli apapun yang ingin kau capai, ingin menjadi apa dan siapa. Semoga
dirimu menjadi pribadi yang selalu bahagia. Karena kebahagiaan yang terpancar
dari diri kita itu nular kepada orang sekitar.
Komentar
Posting Komentar