Peluklah dirimu
Aku yakin, setiap orang sangat berhak untuk lelah, marah,
bahkan kecewa dengan hidupnya. Entah lelah dengan aktifitas menjemukan yang
melingkupi hari-harinya, marah karena sering disalahkan oleh keadaan dan orang
sekitar, kecewa dan patah hati karena orang lain berbuat tak sesuai dengan
ekspektasi yang kita harapkan dalam diam. Tentu setiap orang berhak meluapkan
perasaan-perasaan negatif dari dalam dirinya, entah melalui gelinang air mata
atau hal lainnya.
Setiap orang sangat berhak untuk tidak baik-baik saja.
Manusia berhak memberikan jeda untuk merasakan hal-hal pelik yang tidak sesuai
ekpektasi, sesekali berhak untuk merasa hancur dan patah hati kepada kehidupan.
Karena menurutku, dari situlah manusia bisa dianggap sebagai seutuhnya manusia.
Yang mengakui bahwa dirinya bukanlah sesuatu yang sempurna, sangat tak berdaya,
dan membutuhkan pertolongan dari sesuatu.
I’m absolutely sure, ketika manusia telah banyak kecewa dengan
semua keadaan yang tak sesuai harapan, kecewa dengan semua mahluk termasuk dirinya
sendiri. Manusia memiliki insting untuk tetap berharap dan memiliki
sesuatu di dalam nuraninya yang hadir saat keadaan sangat nihil akan harapan
pun kebahagiaan. Entah bagaimana kita menyebut sesuatu tersebut, tapi sesuatu
tersebut layaknya sebuah jalan terakhir serta satu-satunya hal yang rasanya
sanggup menemani kita disaat banyak orang dan keadaan yang tak menginginkan
kita sekalipun.
Tapi siklus kehidupan akan terus berjalan dengan atau
tanpa permintaan kita. Seperti potongan lirik lagu dari band Indie tanah air,
Banda Neira yang bunyinya:
Yang patah, tumbuh
Yang hilang, berganti
Yang hancur lebur, akan terobati
Yang sia-sia, akan jadi makna
Yang terus berulang, suatu saat henti.
Maksudnya, semua hal akan
tetap berputar layaknya roda. Jika ada perasaan bahagia yang meluap-luap, tentu
tak ada yang salah juga dengan perasaan kecewa yang membuat kita hingga
tersungkur dalam keterpurukan. Sedih, marah, kecewa juga bagian dari hidup kok
hehe.
Menurutku orang yang
paling hebat bukanlah ia yang paling pandai menutupi kesedihan dan air matanya,
tapi mereka yang gigih mengikhlaskan apa-apa yang terjadi dalam hidupnya hingga
merasakan hidup yang sangat nikmat dipenuhi oleh keikhlasan dan kesabaran serta
penuh penerimaan.
Tak apa untuk sedih,
marah, kecewa sementara. Carilah bahu yang paling kau percaya dapat
menenangkanmu, carilah telinga yang siap mendengar jeritan deritamu, pergilah
jauh untuk menemui oase bahagiamu, temuilah teman kopi yang dapat menghangatkan
perasaanmu, dan temuilah orang terkasih yang dapat mengobati lebam di hatimu.
Komentar
Posting Komentar